Suatu ketika, seseorang mengeluh kepada
sahabatnya tentang kesulitan hidupnya. Dia lalu menanyakan banyak hal.
Sesaat kemudian, mereka berdua terlibat percakapan yang hangat.
Pertanyaan pertama diajukannya ...
"Apakah pernah kau berpikir, jika Allah memang ada, mengapa ya harus ada kesedihan dan air mata?
bukankah gampang baginya untuk membuat semua hal menjadi bahagia?"
Sang sahabat dengan tenang menjawab, "Sahabatku...tanpa mengalami
kesedihan, manusia tak akan tahu tentang sebuah kesyukuran saat mereka
akhirnya bisa berbahagia. Jika manusia tak pernah bersedih, mereka juga
akan mudah lupa tentang indahnya semangat bangkit dari keterpurukan.
Kesedihan akhirnya juga menuntun manusia untuk menyadari bahwa tiada
kesempurnaan sebuah bahagia, kecuali jika dia meletakkan segalanya hanya
kepada Allah yang maha kuasa.
Dia kemudian bertanya kembali,
"Lalu, jika Allah memang ada, mengapa harus ada kegagalan? Bukankah
mudah bagiNya untuk membuat segalanya selalu dalam keadaan berhasil?"
Sang sahabat kembali menjawab, ''Insya Allah dengan berlalunya waktu,
manusia akan menyadari bahwa kegagalan selalu mengajarkan pentingnya
semangat "sekali lagi". Sebuah semangat yang akan mendekatkan kita pada
sebuah keberhasilan dan kesuksesan yang sebenarnya. Kegagalan menjadikan
manusia tegar dalam cobaan, dan tetap rendah hati saat dia telah
berhasil. Dengan itu pula terseleksilah mana- mana manusia yang kuat dan
mana saja manusia yang lemah.
Kegagalan juga mengajarkan
sebuah sifat mulia yaitu menghargai. Lihatlah para manusia yang pernah
gagal dalam sesuatu, dia akan melangkah dengan hati- hati dan lebih
menghargai, karena dia telah menyaksikan sendiri dan merasakan sendiri
bagaimana susahnya menjadi manusia yang gagal. Setelah itu, saksikanlah
pula, bahwa akan ada sesuatu yang membaik dalam hidupnya.
Selain itu, Allah ingin menguji siapa yang serius untuk menjauh dari hal
yang bernama gagal. Allah juga ingin melihat siapa hambanya yang serius
berusaha untuk itu, dan siapa yang tidak. Bayangkan jika di dunia ini,
semua hal bisa di dapat dengan mudah tanpa ada cambuk dari sebuah
kegagalan, pasti tidak akan seru lagi hidup kita ini, kan?
Tetap dengan senyum, sang sahabat menjawab, "Pernahkan kau melihat orang
kaya yang tak bisa menikmati kekayaannya dan malah menjadikan semuanya
itu terasa kosong dikehidupannya?. Pernahkah juga kau menyaksikan, orang
miskin yang dengan ringan bisa tertawa riang tanpa beban, walau mereka
tidak tahu apa yang akan mereka makan besok?. Allah telah banyak
memiskinkan orang kaya karena terlalu sibuknya mereka dengan harta, dan
mengkayakan orang miskin lantaran luasnya hati mereka menyikapi
kehidupan. Sungguh, bukan banyaknya atau sedikitnya harta yang
membahagiakan, namun hanya sebuah keberkahan yang terkandung di dalamnya
lah yang mendamaikan batin kita, dan itulah yang sebenar-benarnya kita
butuhkan.
Allah pun juga ingin menguji, siapa hambanya yang
tetap pada jalanNya, bahkan saat dia kaya ataupun miskin. Bukankah harta
adalah salah satu yang menggelitik batin manusia untuk mudah berpaling
dariNya? Allah juga mengajarkan bahwa jika kau ingin beroleh banyak
harta, maka kerja keraslah yang harus kita lakukan, atau kemiskinan akan
mendera kehidupan kita. Kau rajin maka kau kaya, kau malas maka kau
akan miskin, dengan semua itu bukankah Allah itu sudah sangat maha
adil?"
Selanjutnya, seperti tidak mau kalah, pertanyaan
bertubi- tubi pun tetap dilontarkannya. "Lalu bisakah kau menjelaskan
mengapa harus ada sebuah kekurangan di dunia ini? bukankah dengan
kuasaNya, Allah bisa melebihkan kita atas segala hal?. Dan bagaimana
pula dengan sebuah kekalahan? Mengapa dia biarkan manusia mengalami
kekalahan?"
Sang sahabat menjawab, "Jika engkau hidup dalam
kekurangan, tahukah kau sebenarnya itulah cara Allah menyayangmu. Kau
akan selalu dekat dengannya. Kau akan sangat ringan menengadahkan
tanganmu dalam memohon, kau akan sangat tulus dalam menangis saat
meminta, dan kau akan merendahkan dirimu demi terkabulnya doa-doamu.
Sampai- sampai kau tak punya waktu lagi untuk berbuat dosa kepadaNya.
Dan ketika semua itu tercapai, kau akan menyadari bahwa yang kau
perlukan sebenarnya hanyalah Allah saja, maka hidupmu akan terasa sangat
lengkap dan berlebih.
Dan tentang sebuah kekalahan, tahukah
kau bahwa Dia sangat menyayangmu sehingga Allah tidak ingin melihatmu
sombong dengan terus menerus memberikan kemenangan. Dia ingin menegaskan
kepadamu bahwa sifat sombong itu tidak pantas untukmu. Bahwa diatas
langit masih ada langit. Bukankah Allah itu sangat baik dengan tetap
menjagamu untuk selalu menjadi manusia yang rendah hati dan mau terus
menerus memperbaiki untuk menjadi seorang pemenang?
Mendengar
penjelasan sahabatnya, sebuah pertanyaan kembali diajukan "Bagaimana
halnya dengan rasa sakit? Jika Allah memang ada, kenapa dia membiarkan
kesakitan mendera tubuh dan hati manusia?"
Kesakitan yang terus
menerus yang dirasakan manusia sebenarnya hanyalah peringatan kepada
manusia tentang efek kejahatan mereka sendiri. Allah Subhanahu wata'ala
juga ingin menyadarkan manusia, bahwa sebenarnya hanya Dia lah yang maha
menyembuhkan. Hanya dengan mendekat kepadaNya manusia akan sembuh dari
segala sakitnya. Allah selalu ingin kau berakrab dengan kita, bahkan
saat semua manusia meninggalkan kita sendirian dalam kesakitanmu.
Percayalah bahwa baik ataupun buruk yang terjadi kepadamu, Allah
senantiasa menyayangmu dan tak akan pernah mendholimimu.
Setelah menjawab banyak pertanyaan tersebut, sang sahabat ganti bertanya
kepadanya "Sekarang jawablah pertanyaanku. Jika memang Allah jelas-
jelas ada, mengapa kau masih menyembah sesuatu yang lain selainNya?.
Mengapa kau masih berharap kepada yang lain selain pada ridhoNya?.
Bukankah Allah adalah yang maha kuasa untuk menghidupkan bahkan
mematikanmu?
Jika Allah itu memang ada, mengapa kau masih kerap
berputus asa dan bersedih atas dunia?. Bukankah rejeki bahkan jatah
nafasmu telah dihitung dan bahkan dijamin kepastiannya?. Dahulu kau
terlahir bahkan tanpa bekal apapun, namun kini mereka telah menjadi
seseorang manusia yang utuh yang mengenal dunia. Jika Allah memang ada,
mengapa kau masih mengeluh atas kesengsaraan, dan kegagalan, akibat ulah
tanganmu sendiri? bukankah Allah itu maha penolong?. Mengapa kau tak
lantas membuang egomu jauh- jauh, menengadahkan tangan dan bersujud
memohon ampun serta pertolongan kepadaNya. Malah kau sibuk memprotes
Allah, dengan begitu banyak pertanyaan?
Mendengar hal itu, dia hanya terdiam tanpa bisa menjawab apapun.
Sang sahabat kemudian meneruskan perkataannya "Ketahuilah sahabatku,
Allah memang ada, dia menyayangmu dengan caraNya, dia mengawasimu bahkan
dengan cara yang Maha detail dari yang pernah kau kira, Dia tetap
menemanimu saat kau butuh atau saat kau acuh. Yang kau perlukan hanyalah
percaya, bahwa Allah itu benar- benar ada. Dia dekat dengan para
pemilik hati yang teduh, dengan jiwa yang damai, dan sikap yang indah,
yang percaya bahwa Allah itu maha pengasih dan tidak pernah meragukan
atau bahkan mempertanyakan "Jika Allah memang ada,mengapa aku begini dan
begitu...?"
'' SALAM HANGAT PENUH CINTA ''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar