Search

Sabtu, 05 Januari 2013

RENUNGAN DIRI

Belum juga tibakah saatnya kita menunduk ?
Memandang diri sendiri ?
bercermin firman Tuhan sebelum kita dihisabnya ?

Kawan . . .
Siapakah kita ini sebenarnya . . .
Musliminkah ?
Mukminin ?
Muttaqin ?
Khalifah Allah ?
Umat Muhammad-kah kita ?
Khaira ummatin kah kita ?
atau kita sama saja dengan makhluk lain ?
atau bahkan lebih rendah lagi ?
Hanya budak-budak perut dan kelamin

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan, lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapapun tersiksa, kita Khusyuk di depan massa dan tiba-tiba buas dan binal justru di saat sendiri bersamaNya

Syahadat kita rasanya seperti perut bedug atau pernyataan setia pegawai rendahan, kosong tak berdaya
Sholat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu
Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda
Do'a kita sesudahnya justru lebih serius kita memohon hidup enak di dunia dan bahagia disurga
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat tanpa menggeser acara buat syahwat
Ketika datang lapar atau haus kita pun menggut-manggut
“Oh beginikah rasanya”
dan kita sudah merasa memikirkan saudara-saudara kita yang melarat
Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilannya untuk kupon
undian yang sia-sia
Kalaupun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran, upaya-upaya Tuhan menggantinya berilpat ganda
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material
Membuang uang kecil dan dosa besar, lalu pulang membawa label suci asli made
in Saudi (HAJI)

Kawan . . .
Lalu bagaimana, bilamana dan berapa lama kita BersamaNya ?
Atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifahnya

Kawan . . .
Tak terasa kita semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita, paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melacur dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semuanya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata, demi semua yang baik, halallah semua sampai pun yang paling tidak baik sekalipun

Lalu bagaimana para cendikiawan dan seniman ?
Para mubaligh dan khyai penyambung lidah Nabi ?
Jangan ganggu mereka
Para cendikiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para muballigh sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para khyai sedang sibuk berfatwa dan berdo'a
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka diatas sana
Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri

Kawan . . .
Selama tahun baru
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk dan memandang diri sendiri ?



KOMUNITAS RESTOE BOEMI BREBES 
D'POCK CLAN CO.LTD
Alan Maulana